Rabu, 17 Juli 2013

Vietnam will Purchase Vostok-E Radar


17 Juli 2013


 “Vostok-E” Mobile Solid-State 2D Digital VHF Radar from Belarus (all photos : KBRadar)

Vietnam prepares countermeasures against China's stealth fighters

Before the J-20, China's first stealth fighter, enters service with the PLA Air Force, Vietnam will purchase the Vostok-E 2-Dimensional Metric Band Surveillance Radar from Belarus with the ability to detect and attack stealth aircraft, reports the Military Analysis based in Moscow.



Developed by KB Radar based in Belarus, the Vostok E VHF band radar is a replacement to the P-18 radar system during the Soviet era.


KB Radar claims the Vostok E radar is able to detect stealth fighters such as the US F-117A Nighthawk from 74 kilometers nautical miles away in a jammed environment. In an unjammed environment, the distance can be increased to 350 kilometers.



With a unique wideband "Kharchenko" square ring element radiator arranged in a diamond lattice pattern, the Vostok E radar is designed to improve its frequency agility against earlier generation stealth fighters.



Even when facing more advanced stealth aircraft like the F-22, the Vostok E can detect targets from 57 kilometers away and shoot them down with the S-300 surface-to-air missile. It is a new design to challenge the aerial domination of American stealth aircraft.



However, Vietnam will probably become the first nation to use the radar system in an asymmetric warfare strategy against stealth fighters from China including the J-20 and J-31 over the disputed South China Sea.



Military Analysis said Belarus has agreed to sell about 20 Vostok E radar systems to Vietnam, as well as send advisers to train Vietnamese operators to use the hardware.

(WantChinaTimes)

Legislator Dukung PT DI Kembangkan Pesawat Versi Sipil dan Militer

Tiga teknisi PT Dirgantara Indonesia melakukan pekerjaan "final assy" pesawat CN 235, di hanggar PT Dirgantara Indonesia, di Bandung, Selasa (30/4). Pesawat ini merupakan salah satu dari tiga pesawat yang dipesan oleh Kementerian Pertahanan kepada PTDI. (Foto: ANTARA/Hermanus Prihatna/Koz/ama/13.

17 Juli 2013, Jakarta: Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PPP Husnan Bey Fananie menyambut positif terhadap terus mengalirnya pesanan dan kontrak pembuatan pesawat sipil dan militer PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Menurut dia, itu mencerminkan bahwa kualitas produksi pesawat Indonesia tidak kalah produksi negara -negara maju.

Jadi, kata Husnan, sudah semestinya ini membuat bangsa Indonesia makin percaya diri dan mendukung PT DI untuk terus mengembangkan kemampuan dalam memproduksi pesawat terbang, baik versi sipil dan militer.

"Saya kira, banyaknya minat dari negara-negara di kawasan Asean khususnya terhadap hasil produksi pesawat PT DI, mencerminkan pesawat produksi PT DI, khususnya versi militer terus mendapat perhatian luas dari negara lain. Sehingga saat ini PT DI sudah mulai merasakan hasilnya, dengan mulai banyaknya kontrak-kontrak yang telah disepakati dengan beberapa negara yang memesan pesawat, seperti seri 235 versi militer," ujar Husnan kepada JurnalParlemen, Rabu (17/7).

Husnan berharap, kehadiran UU Industri Pertahanan juga bisa menjadi arahan bagi upaya pengembangan industri pertahanan dalam negeri dalam memproduksi alutsista, baik untuk kepentingan pengembangan sistem pertahanan sendiri maupun untuk dipasarkan ke negara lain.

Kata Husnan, makin banyaknya negara lain yang tertarik dan terus melakukan upaya kerjasama dalam bidang kedirgantaraan dengan PT DI ini, semakin menunjukkan bahwa pesawat produksi PT DI tetap memiliki sekmen pasar sendiri, baik dari segi harga, kualitas dan teknologi, ditengah-tengah persaingan dengan pesawat-pesawat tempur canggih yang ditawarkan pihak AS, Rusia dan negara-negara Eropa.

"Kita harapkan, nantinya pasarnya bisa menembus kawasan lainnya seperti Eropa. Itu tidak mustahil, karena sebelumnya negara AS saja pernah memesan dan menggunakan pesawat PT DI untuk pesawat patroli di pantainya," katanya.

Sebelumnya diberitakan Direktur bidang Kualitas sekaligus Manager Komunikasi PT DI Sonny Saleh Ibrahim mengatakan, tahun ini pihaknya memproyeksikan tiga kontrak kerja yaitu jalinan kontrak dengan Filipina, Thailand, dan Malaysia.

Sonny menjelaskan, di antara ketiga proyeksi itu, kemungkinan besar, yang segera terealisasi yaitu dengan Filipina. Pasalnya masih dalam proses tender. "Proyeknya, pembuatan 2 unit CN 235 NPA, yang nilainya sekitar 31-33 juta Dollar Amerika Serikat (AS) per unit. Lalu, 2 unit CN 295, yang nilainya sekitar 36 juta Dollar AS per unit," kata Sonny Sabtu (13/7) lalu.

Sonny mengutarakan, Thailand melakukan pemesanan 2 CN 295 untuk Thailand Royal Police. Negara itu ingin memperkuat armada kepolisiannya.

Sementara negara ASEAN lainnya, yaitu Malaysia juga siap menjalin kerjasama dengan PT DI. Bentuknya yaitu modifikasi CN 235 sport menjadi CN 235 NPA. Nilai kontrak modifikasi itu sekitar 8-10 juta dolar AS per unit. Selain modifikasi, Malaysia pun siap memesan 3 unit CN 235 NPA.

Sumber: Jurnal Parlemen

Tni Uji Coba Meriam Dari Korsel Di Urut Sewu

16 Juli 2013


UJI MERIAM: Personil TNI AD melakukan uji Meriam Howitzer 105 mm jenis tarik KH-178 buatan Korea Selatan di pesisir selatan Desa Setrojenar, Kebumen. (photo : Suara Merdeka)


KEBUMEN, suaramerdeka.com - TNI AD menggelar uji terima terhadap Meriam Howitzer 105 MM jenis KH-178 di pesisir selatan Desa Setrojenar, Kecamatan Buluspesantren, Kebumen, Selasa (16/7). Uji terima meriam produksi Kores Selatan itu ditinjau langsung oleh  Wakasad Letjen TNI M Munir.

Ikut mendampingi Waasop Kasad Brigjen TNI George I Supit, Kadislitbang TNI AD Brigjen TNI Kun Priambodo, dan Dirpalat Brigjen TNI I Wayanb Cager. Tampak pula Kasdam IV Diponegoro Brigjen TNI Agus Kriswanto, Danrem 072 Pamungkas Brigjen TNI Adi Wijaja dan Dandim 0709 Letkol Dany Rakca Andalawasan.

Kalakgiat Uji Meriam Howitzer 105 MM Kolonel CPL Sri Sunanto menjelaskan, dalam uji terima di Urut 

Sewu pihaknya melakukan uji penembakan sebanyak dua pucuk meriam sebagai simpel. Pengujian dilakukan dengan jarak 6 km, 10 km dan 11,8 km.

"Uji terima meriam guna mendapatkan data dan fakta terhadap meriam produk Korea Selatan itu, sesuai dengan spesifikasi standar penerimaan (SSP)," ujar Kolonel CPL Sri Sunanto kepada suaramerdeka.com di sela-sela uji terima.

Kolonel Sri Sunanto yang sehari-hari menjabat Kasubdit Binjat Ditpalat TNI AD tersebut menambahkan, materi uji yang dilakukan meliputi uji non destructive (tidak merusak) dan uji destruktif bersifat merusak. Uji sebelumnya dilakukan di Lapangan Tembak ASR TNI AU Pandanwangi, Lumajang.

"Nanti masih ada rangkaiannnya lagi, seperti latihan dari operator dan perawatannya," imbuhnya.

Lebih lanjut, dia menyebutkan, pembelian meriam tersebut merupakan lanjutan dari kontrak eksport (KE) pembelian Alutsista TNI AD dari Korea Selatan. Adapun jumlahnya sekitar 54 pucuk meriam.

(Suara Merdeka)